Disore hari saat hujan. Kumainkan nada-nada pianoku. "Hari yang hebat!", pikirku. Harapanku yang tiga tahun sudah kupendam kini harus hilang dari anganku. Aku pun sadar bahwa ia bukanlah milikku. Cinta pertamaku.
Namaku Ara. Aku adalah murid sebuah SMP terpencil dikotaku. Temanku banyak, tapi sahabat sejatiku tak banyak. Aku adalah orang yang ramah, pendiam, rapi, dan optimistic. Hingga tak kusadari kejadian ini mengubah hidupku.
flashback 3 years ago
Aku masih tambahan pelajaran di Sekolah Dasarku, SDN Jaya Makmur. Hari ini panas sekali. Hingga sore itu hujan deras mengguyur sekolahku. Aryo dan Budi masih saja ngobrol dikelas dengan suaranya yang seperti TOA masjid kampung sebelah. Ditambah volume maksimal membuat suasana kelas makin ramai. "kayaknya hari ini aku bakal sial", ungkapku pada Ardian, salah satu sahabat terdekatku. "kok bisa?", "Hari ini aku terlambat, dimarahin wali kelas, lupa bawa sepatu OR, lupa bawa PR sama alat tulis lagi, ditambah hari ini hujan. Pasti ntar aku kehujanan". "Sabar yah" Hem, lagi-lagi jawaban itu yang kudengar dari mulut imutnya itu.
Bel sekolah berbunyi
"Yee!", Seisi kelas langsung berkemas-kemas. barang-barang diatas meja yang berserakan mendadak rapi masuk ke tas-tas imut anak-anak SD. Aku pun begitu, tapi tak selebay Aryo dan Budi yang berlomba mengemas barang-barang mereka. Lagi-lagi dengan suara emas mereka.
Hujan yang mengguyur membasahi seluruh halaman sekolah. Deras, beriringan membentuk melodi tanpa irama. Aku membawa sepatuku yang basah karena berusaha melintasi halaman tengah sekolah yang tergenang. Tubuhku basah, dingin, dan aku sendiri. Sendiri, karena teman-temanku sudah dijemput orang tuanya. Sendiri, hingga kulihat, sesosok bidadari cantik bermata bulat berjalan melintas didepanku. Tubuhnya kecil, wajahnya cantik rupawan. Dan ketika ia menggerai rambutnya yang panjang tertiup angin, terasa harum mempesona.
Apa ini? Apa yang terjadi denganku? perasaan apa ini? Jantungku serasa berdegup kencang. Aku serasa terbang, terbang, begitu tinggi hingga bisa kusentuh lembutnya awan dan berlompatan di indahnya pelangi. Aku pulang dengan penuh harapan, "Siapa nama bidadari itu?"
Sang Bidadari
Siapa namanya? huh. Penasaran dot com.
Suatu hari setelah kelulusan SD
"Ma aku boleh pinjem buku kenangannya gak?" tanyaku dengan tampang polos. "Boleh dong, emang kenapa?" "Enggak papa mah" Tampaknya Mamaku tahu ada seseorang yang spesial dihatiku akhir-akhir ini. tapi dari siapa? Mamah benar-benar hebat!
Ku buka buku kenangan SDku dengan hati deg-deg ser. Waa.. Ini dia! bidadariku! Namanya Ayu. dia alumni SD Jaya Makmur tahun 2009. Rumahnya di Jalan Lumesiti (Lurus Menggok Sithik) nomor 123 Semarang. Akan kuingat semua itu! Tekadku. Sambil tersenyum menatap wajahnya di buku itu.
Ku kayuh sepedaku hari demi hari. pagi maupun malam hanya untuk melihat rumahnya. Ehm, mungkin ini gila, tapi ini cinta. Kisah drama cinta remaja yang begitu berwarna. Sedih, senang, kulalui dengan kehadirannya. Di anganku. Di mimpi indahku.
Beruntungnya aku. Dia satu sekolah denganku. Lagi. SMP Sugih Ilmu Semarang. Di sekolahku, ia adalah gadis periang, menyenangkan, dan ramah. Ia mempunyai banyak teman, dan teman-temannya menyukainya. Namun, ada satu hal yang mengganjal perasaanku. Dia baru saja ditembak seorang laki-laki tampan, populer, dan keren. Sangat berbeda jauh denganku. Tapi ini belum saatnya, belum waktunya. Jadi, Rilex dot com aja.
Kupendam rasa ini hingga kupikir pantas mendapatkannya.
Di Kelas 9
Pagi yang cerah, Kulangkahkan sepatu usangku kedalam sebuah kelas disisi kamar kecil. Kelas 9H. "Kelas yang kotor" ucapku pelan, Sepertinya tak ada yang begitu menarik dari kelas ini. Tembok yang kusam, meja yang penuh coretan, dan keramaian yang lebih parah dari suara emas Aryo dan Budi dulu. Ditambah spider man yang bergelantungan menangkap mangsanya diatas kelas, membuat kelas ini serasa begitu kumuh.
Namun, saat kududuk. Ku rasakan harum semerbak yang harumnya sama dengan bidadari itu. Suasana yang semula hampa menjadi penuh tanda tanya. Apakah ia disini? Kupandangi sekilas teman-teman baruku. Lisa, Sari, Budi, Narto, Ari, Ayu. Aha! itu dia! Sebuah mutiara yang tersembunyi disela-sela tumpukan bebatuan. Rasanya inilah keistimewaan dari kelas baruku ini. Kelas yang semula tidak kusukai, ternyata akan menjadi saksi bisu kisah cintaku dengannya. Siapa sangka?
Chapter 4
Cinta sejati adalah cinta yang hanya memberi meski tak berbalas. Mungkin itulah makna cinta sejati. Kujalani hari-hariku dengan ceria, namun kegundahan itu pasti datang. Bidadariku tahu perasaanku padanya. Perasaan yang telah dibungkus rapat dan digembok di dalam hati pun terbongkar juga.
Saat ia tahu, ia hanya tersenyum manis padaku. Tapi kemudian ia menjauh. Semakin jauh, dan hilang. Tak kujumpai lagi sms-smsnya, Setiap aku menatapnya, ia hanya tersenyum dan menjauh.
Hari ini tak kutemui ia disekolah. Sudah seminggu ia tak masuk sekolah. Hatiku sepi. Suasana kelas terasa hampa tanpa kehadirannya. Aku tak tahu dimana ia berada. Ia tak meninggalkan surat apapun di sekolah. Teman-temanpun merasakan hal yang sama denganku. Tapi tak sesedih diriku.
Hingga pada suatu hari, ia mengirimkanku sebuah pesan.
"Ara, maafin aku yah. Aku tahu kalo kamu sebenernya dah suka sama aku sejak kita SD dulu. Aku juga tahu kalo kamu selalu pandangin rumahku setiap pagi dan malam. Aku suka sama kamu. Aku juga ingin kita selalu bersama. Tapi maaf, aku gak bisa sama kamu. Cepat atau lambat kita pasti akan berpisah. Aku punya penyakit serius dan aku tahu umurku tinggal sebentar lagi. Aku gak pengen kamu jatuh nantinya. Maafin semua kesalahanku ya. Kamu adalah orang yang selalu jagain aku, doain aku, dan mencintaiku dengan tulus. Terima kasih ya. Mungkin ini surat terakhirku didunia ini. Jangan sedih ya. Masih banyak orang lain yang mencintaimu dengan tulus. Setulus cintamu buat aku. Terima kasih Ara".
Aku menangis. Ku kayuh sepedaku dibawah hujan deras yang mengguyur. Sekencang-kencang aku mengayuh. Aku kelelahan, tapi ku harus cepat. Didekat rumahnya aku berhenti. Kulihat bendera kuning didepan rumahnya. Satu hal yang sulit kupahami, ia tak ingin melihatku terjatuh. Itulah mengapa ia tak menghubungiku akhir-akhir ini. Air mataku jatuh bersama hujan. Cinta pertamaku telah pergi meninggalkan dunia ini. Cinta pertama yang kutemui dibawah hujan dan pergi dikala hujan. Cinta pertama yang mengajarkanku arti cinta yang sesungguhnya. Cinta pertama yang telah pergi untuk selamanya. Sampai jumpa... Ayu..
Aku terjatuh, sedih. Dalam hujan deras yang mengguyur. Kusadari cinta adalah sebuah pengorbanan. Pengorbanan untuk mencintai meski tak dicinta. Pengorbanan perasaan untuk tersakiti. Pengorbanan segalanya bahkan nyawa sekalipun. Dan kini ku sendiri, berjalan di depan SDku. Mencium hujan.
Cerita ini hanyalah cerpen. Bukan kisah nyata. ^^
Aditya Rafif A.